INDPORTAL.COM,TGM – Mutasi pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanggamus yang digadang-gadang akan terjadi pada Agustus 2025 telah mengundang gelombang spekulasi, kecemasan, dan manuver internal. Senin (28/7/2025)
Namun di luar nama-nama yang disebut akan naik atau tergeser, ada satu fenomena yang sudah lama jadi rahasia umum pada saat kepemimpinan Bupati yang lama, tetapi belum pernah benar-benar dibenahi: DL fiktif alias dinas luar palsu.
Dalam praktiknya, DL fiktif telah menjelma menjadi tameng impunitas bagi ASN yang malas, tidak disiplin, bahkan tidak bertanggung jawab.
Atas nama dinas luar, seorang aparatur bisa mangkir tanpa konsekuensi. Atas nama “turun ke lapangan”, seorang pegawai bisa duduk di rumah, nongkrong di warung kopi, atau bahkan mengurus sawah pribadi.
Ini bukan sekadar pelanggaran kecil. Ini budaya busuk yang tumbuh karena ditoleransi bertahun-tahun.
Jika reformasi birokrasi yang diusung Bupati Hi. Moh. Saleh Asnawi sungguh-sungguh ingin menjebol mental feodal dan birokrasi kertas, maka DL fiktif harus jadi target pertama untuk dibasmi.
Publik tahu, banyak ASN yang rajin sowan, pandai menjilat, tapi nihil kontribusi di lapangan. Banyak yang sibuk melobi tokoh politik dan elite daerah saat mutasi sudah dekat, sementara pelayanan publik diabaikan. Apakah loyalitas seperti ini yang ingin dipertahankan?
Di sisi lain, ASN yang benar-benar bekerja, datang tepat waktu, disiplin menjalankan tugas, justru terpinggirkan karena tidak bermain di lingkar kekuasaan.
Maka mutasi kali ini bukan hanya soal rotasi jabatan, tetapi menjadi pembuktian moral dan keberanian politik.
Bupati dan jajaran pemangku kebijakan harus menyadari, jika mutasi ini gagal menyentuh akar masalah seperti disiplin kerja, manipulasi DL, dan loyalitas palsu, maka reformasi birokrasi hanya akan jadi jargon kosong. Dan publik akan semakin apatis terhadap pemerintahan daerah.
Tanggamus tidak butuh ASN yang pandai menjilat, tapi malas kerja. Tanggamus butuh aparatur yang punya semangat melayani, bukan semangat mencari aman.
Jika tidak sekarang dibereskan, budaya buruk ini akan terus mewarisi generasi birokrasi berikutnya. (Red)
