INDPORTAL.COM,TGM – Pemerintah Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus, turun langsung mengunjungi Sukardi (52), warga Dusun Wayluok, Pekon Banjar Negeri, yang rumahnya ludes terbakar pada senin dini hari tanggal 25 Agustus 2025)
Kunjungan tersebut dipimpin langsung Camat Cukuh Balak, Alsep Rizam, SST, M.Tr.P., bersama jajarannya sebagai bentuk kepedulian terhadap warganya yang tengah mengalami musibah.
Turut hadir dalam kunjungan tersebut Sekcam Cukuh Balak, Aguslan, S.E., Ketua Tagana, Liskori, serta Bhabinkamtibmas Polsek Cukuh Balak, Bripka Candra.
Dalam kesempatan itu, pihak kecamatan menyampaikan rasa prihatin sekaligus memberikan dukungan moril kepada Sukardi dan keluarga.
“Kami atas nama pemerintah kecamatan turut prihatin atas musibah yang menimpa keluarga Pak Sukardi. Semoga tetap tabah menghadapi cobaan ini,”Ujar Alsep, Selasa 26 Agustus 2025.
Selain memberikan semangat, pihak kecamatan juga melakukan pendataan untuk menindaklanjuti kemungkinan adanya bantuan lanjutan dari pemerintah daerah.
“Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten maupun dinas terkait agar korban mendapatkan perhatian dan bantuan yang layak,”Tambahnya.
Alsep menuturkan, dalam kunjungan tersebut pihaknya turut menyerahkan bantuan sembako berupa beras, mi instan, air mineral, kasur, terpal, perabotan, pakaian, dan sejumlah kebutuhan lainnya.
“Bantuan ini berasal dari Dinas Sosial Kabupaten Tanggamus, Kementerian Sosial melalui Tagana, serta dari pemerintah kecamatan,”Jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, rumah milik Sukardi hangus terbakar sekitar pukul 03.05 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun kerugian diperkirakan mencapai Rp130 juta. Dari hasil pemeriksaan awal kepolisian, kebakaran diduga dipicu korsleting listrik.
“Semoga keluarga yang terkena musibah diberikan ketabahan dan harus ikhlas untuk menerima cobaan ini,”Ucap Alsep.
Musibah yang menimpa Sukardi bukan hanya kehilangan sebuah rumah, tetapi juga hilangnya ruang hidup yang penuh kenangan.
Di pedesaan seperti di wilayah Cukuh Balak, rumah bukan sekadar bangunan, melainkan simbol ketenangan, warisan keluarga, dan pusat aktivitas sehari-hari.
Kehadiran pemerintah kecamatan dalam musibah ini tentu patut diapresiasi. Sebab, musibah kebakaran sering kali hanya meninggalkan luka dan puing, sementara korban kerap berjuang sendirian menata hidupnya kembali.
Namun, kepedulian nyata dari aparat setempat menunjukkan bahwa negara hadir, sekalipun dalam bentuk sederhana seperti dukungan moril maupun bantuan logistik.
Di balik itu, kebakaran Sukardi seharusnya menjadi pengingat bersama bahwa keamanan instalasi listrik di rumah-rumah warga desa kerap terabaikan.
Korsleting listrik bukan peristiwa yang jarang, dan jika dibiarkan, potensi musibah serupa bisa menimpa siapa saja.
Musibah ini sekaligus menjadi ujian solidaritas sosial. Apakah kita hanya berhenti pada rasa kasihan, ataukah turut bergerak memberikan bantuan nyata?
Karena pada akhirnya, membangun kembali rumah yang hancur bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga tanggung jawab moral masyarakat yang percaya pada gotong royong. (Red)