INDportal.com, Tanggamus – Kemensos RI Sentra Terpadu Inten Soeweno, Kabupaten Bogor, mengunjungi dua orang anak yang menderita kekurangan gizi, di Pedukuhan Gunung Haji, Dusun Padang Manis, Desa Pekon Ampai, Kecamatan Limau. Rabu (8/5/2024)
Sebelumnya, telah diberitakan, ada keluarga tidak mampu yang hidup di sebuah Pedukuhan di Desa Pekon Ampai, sedang membutuhkan pertolongan semua pihak.
Pak Samsul contohnya, ia merupakan buruh tani lepas dengan memiliki dua orang anak, yang sedang menderita penyakit kekurangan gizi sejak lahir.
Namun ironisnya, instansi terkait seperti pihak kesehatan, seolah melakukan pembiaran terhadap kedua orang anak yang sedang menderita penyakit kekurangan gizi tersebut.
Padahal, pihak KUPT Puskesmas Antar Brak, pernah mengunjungi keluarga tidak mampu yang anaknya sedang sakit tersebut, akan tetapi tidak ada tindakan selanjutnya.
Seharusnya, pihak Kesehatan Tingkat Pertama tersebut, mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait, dan mencarikan solusi, agar penyakit Samsul dan kedua anak tersebut dapat teratasi.
Di kutip dari rilisan media Marahtulis.com, pihaknya menganalogikan kehadiran Kemensos RI Sentra Terpadu Inten Soeweno Kabupaten Bogor tersebut, sebagai dewa penyelamat, dan kemanakah Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kabupaten Tanggamus?
Dengan kehadiran pihak Kementerian Sosial, membuat keluarga Samsul cukup lega, sehingga penyakit yang diderita oleh kedua anaknya dapat di obati dan di rujuk ke RS Mitra Husada Pringsewu.
Semoga kasus pak Samsul, yang anaknya menderita penyakit akibat kekurangan gizi, tidak terjadi lagi terhadap masyarakat yang lainnya.
Dan pihak kesehatan diharapkan agar kedepannya dapat membangun komunikasi yang baik dengan pihak terkait, agar setiap persoalan stunting yang ada di wilayahnya dapat teratasi.
Sebab, Generasi emas tahun 2045 mendatang yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, bukan hal yang mudah.
Pasalnya, di Indonesia stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun.
Kondisi tersebut, butuh keseriusan dari semua pihak, karena akan menghambat momentum generasi emas Indonesia tahun 2045 mendatang. (Red)