Gelombang Aksi Senayan Merembet Ke Luar Negeri, Diaspora Melbourne Serukan “Reset Indonesia”

INDPORTAL.COM,JKT – Tragedi demonstrasi di depan Gedung DPR RI Jakarta yang menewaskan seorang driver ojek online (ojol), setelah dilindas kendaraan rantis Brimob, kini menjalar ke berbagai daerah bahkan hingga ke luar negeri. Kamis (4/9/2025)

Tidak hanya Makassar, Solo, dan Surakarta yang bergolak, tetapi juga Melbourne, Australia. Ratusan diaspora Indonesia turun ke jalan, menyerukan satu tuntutan: “Reset Indonesia.”

Seruan itu bukan sekadar solidaritas, melainkan simbol protes keras terhadap arah politik pemerintahan. Para demonstran menuding bahwa “Indonesia versi Prabowo” adalah negara yang sibuk memperkuat alutsista ketimbang mendengar suara rakyat.

“Indonesia yang bersenjata, Indonesia yang kuat dalam pertahanan, tetapi Indonesia yang akan memukul rakyatnya sendiri bila melawan,”teriak seorang orator di Melbourne.

Ironisnya, Australia atau Negeri Kangguru tersebut diketahui telah menghibahkan sekaligus menjual alutsista, termasuk Buzz Master buatan Bendigo, yang kini masuk daftar belanja pertahanan Indonesia.

Dalam aksi yang mengusung slogan People Taking Back Power atau Rakyat Indonesia Berkuasa, massa menyampaikan sejumlah tuntutan, di antaranya:

Menghentikan tindakan represif aparat, membatalkan kenaikan gaji, tunjangan, fasilitas, dan pensiun DPR, melakukan reformasi hukum, kepolisian, DPR, serta pemerintahan sebagai lembaga eksekutif.

Berita Terbaru  Ikuti Pelaksanaan Retreat Di Akmil Magelang, Bupati Tanggamus Sehat Walafiat.

“Presiden dan DPR harus membatalkan kenaikan gaji dan tunjangan, fasilitas dan pensiun DPR,”Ujar Koordinator Aksi, Pipin Jamson, Rabu 3 September 2025.

Seorang demonstran perempuan menegaskan bahwa suara rakyat di luar negeri sama pentingnya. Dukungan bahkan datang dari warga negara Australia yang ikut mengangkat isu ini di Melbourne.

Mereka mengingatkan publik agar tidak kembali kecolongan seperti saat pengesahan UU Omnibus Law, dengan menegaskan bahwa pembatalan gaji dan tunjangan DPR harus dikawal rakyat.

“Militer dan polisi bukan pelindung rakyat, tapi instrumen penindasan oleh penguasa,”Ujar salah satu demonstran.

Tak hanya dari Australia, berdasarkan pantauan akun tiktok yang beredar, gelombang solidaritas juga datang dari berbagai negara. Dari Malaysia, Jepang, Tiongkok, Filipina, Arab Saudi, Dubai, Palestina, Jerman, India, hingga Rusia, warga dunia mengibarkan bendera Merah Putih sambil membentangkan tulisan “Pray For Indonesia.”

Dukungan itu bukan sekadar simbol. Beberapa komunitas di luar negeri juga mengirimkan bantuan berupa makanan kepada driver ojol di Indonesia, sebagai bentuk kepedulian terhadap perjuangan rakyat yang mereka anggap sedang menghadapi “kezaliman.”

Berita Terbaru  ASN Diduga Tidak Netral, Nuzul Irsan Minta PJ Bupati agar Berikan Sanksi Tegas.

Apa yang terjadi belakangan ini adalah tanda nyata bahwa krisis kepercayaan terhadap pemerintah dan DPR telah melampaui batas geografis. Demonstrasi yang awalnya meletup di Senayan kini menjalar ke berbagai kota, bahkan lintas negara.

Diaspora di Melbourne tidak hanya berbicara soal solidaritas, melainkan juga mengingatkan bahwa Indonesia sedang berada di persimpangan jalan.

Rakyat di dalam negeri menjerit karena kesenjangan dan represifitas aparat, sementara rakyat di luar negeri ikut berteriak karena khawatir tanah air mereka sedang dikunci oleh kekuasaan yang anti kritik.

Fenomena ini menunjukkan satu hal, legitimasi tidak lagi ditentukan oleh kursi di parlemen atau istana, tetapi oleh suara rakyat yang berani menuntut perubahan.

Jika tuntutan itu terus diabaikan, sejarah membuktikan bahwa “bara kecil di Senayan” bisa menjadi api besar yang membakar stabilitas politik nasional.

Pertanyaannya, apakah pemerintah akan mendengar, atau memilih menutup telinga sambil terus memperkuat tameng dan senjata? (Red)

Berita Terbaru