INDPORTAL.COM,TGM – Di sebuah gubuk reyot yang nyaris roboh di Dusun Curup, Pekon Tanjung Kemala, Kecamatan Pugung, Tanggamus, seorang remaja bernama Ayunda (15) berjuang melawan penyakit autoimun kronis (Lupus) yang menghancurkan harapan dan keceriaannya. Kamis (7/8/2025)
Putri dari pasangan Slamet Supriyadi dan Istriyani ini kini menjalani perawatan intensif di RSUD Abdul Moeloek, Bandar Lampung, setelah sebelumnya sempat mencoba mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.
Aksi nekat itu dilakukan Ayunda dalam kondisi depresi berat karena penyakit yang tak kunjung sembuh, serta tekanan ekonomi yang melilit keluarganya.
Kedua orang tua Ayunda adalah buruh tani. Sang ibu, Istriyani, tiap hari bekerja di ladang orang lain demi upah yang tak seberapa, cukup untuk makan seadanya.
Sementara ayahnya, Slamet Supriyadi, sejak kecelakaan kerja beberapa tahun lalu, mengalami gangguan pada penglihatannya dan tak lagi bisa bekerja.
“Anak saya sering mengeluh sakit yang tidak kunjung sembuh. Badannya makin lemah. Kami tidak tahu harus bagaimana lagi. Mau bawa berobat, kami tidak punya biaya,”Ungkap Istriyani sang ibu sambil menahan air mata.
Lupus adalah penyakit autoimun serius yang membutuhkan perawatan jangka panjang, pengobatan rutin, dan asupan gizi cukup.
Tanpa penanganan yang layak, penderitanya bisa mengalami kerusakan organ hingga kematian. Namun, dalam kondisi ekonomi yang begitu terbatas, keluarga Ayunda hanya bisa pasrah.
Kini, Ayunda sangat membutuhkan uluran tangan. Ia tidak hanya butuh obat dan perawatan medis, tetapi juga harapan sesuatu yang hampir padam dari matanya.
Kondisi tersebut seharusnya menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Tanggamus, khususnya melalui Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan Dinas Perlindungan Anak.
Penanganan cepat sangat dibutuhkan, baik dalam bentuk bantuan biaya pengobatan, rumah singgah yang layak, hingga pendampingan psikologis.
Lebih dari itu, Anggota DPRD Kabupaten Tanggamus juga diharapkan untuk turun langsung melihat kondisi Ayunda dan keluarganya.
Bukan sekadar seremonial kunjungan, tetapi membawa solusi konkret seperti pengajuan bantuan khusus, penggalangan dana internal DPRD, hingga pendampingan berkelanjutan.
Selain itu kondisi hidup keluarga Ayunda diharapkan dapat mengetuk hati para dermawan, komunitas kemanusiaan, serta organisasi sosial agar turut hadir membantu meringankan beban keluarga tersebut.
Bantuan, sekecil apa pun, bisa menjadi penyambung harapan hidup Ayunda. Karena tidak ada anak yang seharusnya menyerah hanya karena tak mampu membayar biaya hidup dan berobat (Red)
